di dalam jurang penderitaan
pukulan , hinaan …
tak jarang ku rasakan
tapi apalah daya ini
tiada ilmu
yang menjadi penolong
lembaran nasibku
kini baru kusadari
ilmu memang berarti
sebagai pelengkap diri
sekarang baru tumbuh rasa penyesalan
kesempatan memang tak ada yang kedua
sudah habis kesenangan ku
hilang sudah kenangan kenangan
menyesalnya diri ini
harus mengadu nasib
di negeri orang
hanya untuk sesuap nasi
hatiku pun ingin menangis
jauh dari dekapan keluarga
jauh dari ke ceriaan dunia
pukulan , hinaan …
tak jarang ku rasakan
tapi apalah daya ini
tiada ilmu
yang menjadi penolong
lembaran nasibku
kini baru kusadari
ilmu memang berarti
sebagai pelengkap diri
sekarang baru tumbuh rasa penyesalan
kesempatan memang tak ada yang kedua
sudah habis kesenangan ku
hilang sudah kenangan kenangan
menyesalnya diri ini
harus mengadu nasib
di negeri orang
hanya untuk sesuap nasi
hatiku pun ingin menangis
jauh dari dekapan keluarga
jauh dari ke ceriaan dunia
oleh :Roby darak telenggen
Puisi Kehidupan - Sepenggal Derita
Ditulis : Oleh Roby telenggen yogya 6 november 2014
kumpulan cerpen dan puisi terpopuler indonesia
SEPENGGAL DERITA
Dalam kehidupan
Beribu derita melanda
Semuanya hanya membuatku luka
Luka yang mungkin tiada hentinya
Meratap, mengiris, menjerit, menangis
Tiada yang dapat aku tangkis
Sedan meremukkan badan hingga bengis
Tangis meluruhkannya hingga habis
Apa yang dapat aku lakukan
Hanya berserah dan selalu bersabar
Karna ku tahu hanya taqwa pada-Nya
Jalanku kan seterang mentari-Nya
Menjerit bukanlah jawaban
Menangis bukan pula pintaan
Hanya do'a yang menjadi pedoman
Agar yang Kuasa selalu dalam ingatan
Takkan kusesali nasibku ini
Tapi kubiarkan jadi saksi bisu
Akan datang bahagia dihati
Dalam sepenggal deritaku.
Di kolong-kolong jembatan aku..
Bersenandung mengharap belas kasihmu..
Pandanganku yang kian hampa..
Sesuap nasi pun tak kunjung tiba..
Melihat mu aku tak peduli..
Bukan wakil rakyat tikus berdasi..
Bukan wakil rakyat tikus berdasi..
Aku memang mlarat..
Bukan seperti tikus keparat..
Bukan seperti tikus keparat..
Yang doyan uang rakyat..
Haus harta bak lintah darat..
Haus harta bak lintah darat..
Masih terdengar jeritan dan tangisan..
Dari anak kolong jembatan..
Kau butakan matamu..
Kau tulikan telingamu..
Kau butakan matamu..
Kau tulikan telingamu..
Takut kehilangan harta itu sifatmu..
Takut kehilangan kehormatan pun sifatmu..
Kau lebih rela korbankan rakyat..
Hanya demi se onggok martabat..
Takut kehilangan kehormatan pun sifatmu..
Kau lebih rela korbankan rakyat..
Hanya demi se onggok martabat..
Kau picik..
Kau pun licik..
Kau pun licik..
Di kolong jembatan aku..
Di jalanan kukais keberuntunganku..
Di jalanan kukais keberuntunganku..
Kau tak datang aku bangga..
Tak mengenal mu pun aku lega..
Tak mengenal mu pun aku lega..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar